Kamis, 03 September 2015

SARANA PERJUANGAN ‐ BUKAN PAKSAAN Bagaimana mungkin suatu agama mengaku dirinya universal atau global lalu menimbulkan perselisihan? Suatu agama yang memiliki ajaran universal dan berambisi untuk mempersatukan seluruh umat manusia di bawah satu bendera tentunya tidak akan mempertimbangkan penggunaan kekerasan untuk menyebarkan pesan‐pesannya. Pedang bisa memenangkan negeri tetapi tidak mungkin hati. Paksaan dapat menundukkan kepala tetapi tidak mungkin isinya. Islam melarang penggunaan paksaan sebagai sarana penyebaran ajarannya. Katanya : Tidak diperkenankan suatu paksaan dalam agama. Sesunguhnya telah nyata bedanya kebenaran dari kesesatan ..... (S.2 Al‐Baqarah : 257) Dengan demikian tidak perlu adanya paksaan dalam bentuk apa pun. Biarkanlah manusia untuk menentukan mana yang benar. Tuhan tegas mengingatkan Rasulullah s.a.w. untuk jangan sekalikali mempertimbangkan penggunaan kekerasan guna merubah masyarakat. Status Rasulullah s.a.w. sebagai pembaharu ditegaskan dalam ayat berikut ini: Oleh sebab itu nasihatilah, karena engkau hanyalah seorang pemberi nasihat. Engkau tidak diangkat menjadi penjaga atas mereka. (S.88 Al‐Ghasyiyah : 22‐23) Dengan thema yang sama, Nabi Muhammad s.a.w. diingatkan untuk: Tetapi sekiranya mereka berpaling, maka Kami tidak mengutus engkau sebagai penjaga atas mereka. Kewajiban engkau hanya menyampaikan amanat. (S.42 Asy‐Syura : 49) Meskipun dalam proses penyebaran ajaran baru itu mungkin timbul pergulatan dan muncul reaksi yang keras, Islam tetap meminta para pengikutnya agar bersabar, bersiteguh dan sedapat mungkin menghindari konflik. Itulah sebabnya dimana pun jika seorang Muslim dilarang menyiarkan ajaran Islam kepada sekelilingnya, ada seperangkat aturan yang patut dipatuhinya. Dari sekian banyak ayat yang terkait dengan masalah tersebut, di bawah dikutipkan ayat : Panggillah kepada jalan Tuhan engkau dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik, dan hendaknya bertukar pikiran dengan mereka dengan cara yang sebaik‐baiknya. Sesungguhnya Tuhan engkau lebih mengetahui siapa yang telah sesat dari jalan‐Nya dan Dia mengetahui pula siapa yang telah mendapat petunjuk. (S.16 An‐Nahl : 126) Tolaklah kejahatan dengan apa yang sebaik‐baiknya. Kami lebih mengetahui apa yang mereka tuduhkan sebagai sifat‐Nya. (S.23 Al‐Muminun : 97) Disini kata Ahsan bermakna suatu yang terbaik, paling menarik dan sesuatu yang indah. Menguraikan aturan perilaku bagi seorang Muslim dalam menyampaikan amanat agama, Al‐Quran menyatakan : Demi masa, sesungguhnya manusia senantiasa ada dalam keadaan merugi, kecuali orang‐orang yang beriman dan beramal saleh dan menasihati satu sama lain supaya menyampaikan kebenaran, dan menasihati satu sama lain untuk bersabar. (S.103 Al‐ Ashr : 2‐4) Begitu juga : ÏπuΗxqöuΚø9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Îö9¢Á9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# z⎯ÏΒ tβ%x. ¢ΟèO Kemudian seyogyanya ia menjadi dari antara orang‐orang beriman dan menasihati satu sama lain supaya bersabar dan mengajak satu sama lain berbelas kasih. (S.90 Al‐ Balad : 18) SURVIVAL OF THE FITTEST (YANG TERBAIK YANG BERHASIL) Menurut Al‐Quran, keberhasilan dan kemenangan akhir suatu ajaran tergantung sepenuhnya pada keampuhan argumentasinya dan bukan pada kekuatan material yang dikuasainya. Al‐Quran mengatur mengenai hal ini dengan sangat jelas dan tegas. Dikemukakan bahwa meskipun digunakan kekuatan yang amat perkasa guna menghapuskan kebenaran dan membenarkan kebathilan, usaha‐usaha demikian akan kalah juga. Nalar pikiran tetap saja akan menang atas kekerasan senjata material. Sebagai contoh, Al‐Quran menyatakan : 20 ... Tetapi berkata mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Allah pada suatu hari: “Berapa kali golongan yang sedikit telah mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang‐orang yang sabar maka janganlah takut. (S.2 Al‐Baqarah : 250) Konsep mengenai keunggulan Islam perlu dipahami dalam konteks perintah samawi di atas. Di bagian lain Al‐Quran mengemukakan : ... Allah ridha akan mereka dan mereka ridha kepada‐Nya. Mereka itu golongan Allah. Ketahuilah sesungguhnya golongan Allah‐lah orang‐orang yang berhasil. (S.58 Al‐ Mujadila : 23) Ketika saat perang Badar (perang pertama dalam sejarah Islam), pasukan besar penyembah berhala Mekah dihadapkan pada sejumlah kecil prajurit Muslim yang jumlah maupun persenjataannya jauh kalah, dimana mereka terpaksa bertempur mempertahankan keimanannya dan bukan keselamatan dirinya sendiri. Mengenai ini Al‐Quran mengatakan: ... Supaya binasalah orang‐orang yang telah binasa dengan keterangan yang jelas, dan supaya hiduplah orang yang telah hidup dengan keterangan yang jelas. (S.8 Al‐Anfal : 43) Inilah prinsip abadi yang amat berperan dalam evolusi manusia. Esensi daripada amanah tersebut adalah keberhasilan dari mereka yang terbaik (survival of the

Tidak ada komentar:

Posting Komentar