Minggu, 13 September 2015

Almasih Yang Dijanjikan as., menanggapi mereka yang percaya bahwa khazanah ilmu Ilahi yang terkandung dalam Al-Qur'an telah sepenuhnya ditemukan dan dikenalkan oleh orang-orang terdahulu, bersabda: 'Karena itu ketahuilah bahwa mukjizat terbuka dari Al-Qur’an yang dapat diperlihatkan kepada warga semua bangsa dan semua bahasa, dan di mana kita bisa meyakinkan dan menyanggah setiap orang, entah orang India, Persia, Eropa, Amerika atau lainnya, adalah bahwa ia suatu khazanah tak terbatas dari kebenaran-kebenaran Ilahi, ilmu-ilmu surgawi dan filsafat-filsafat rohani, yang ditemukan di dalamnya dalam setiap zaman sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan umat manusia, dan yang, seperti tentara bersenjata, berdiri selalu siap untuk memerangi setiap kepalsuan baru. Andaikan Al-Qur'an terbatas dalam arti dan penafsirannya, ia tak bisa dianggap sebagai mukjizat sempurna. Sekedar keindahan kata dan kemurnian bahasa, sekalipun mukjizat, bukanlah hal-hal yang bisa dihargai oleh orang berilmu maupun tidak berilmu. Mukjizat terbesar Al-Qur'an adalah, bahwa khazanahnya tak habis-habis, dan orang yang tidak melihat mukjizat ini, sama sekali luput dari pengetahuan sejati Al-Quran. Ingatlah bahwa mukjizat Al-Qur'an ini begitu sempurna sehingga ia telah terbukti lebih ampuh daripada pedang di setiap zaman. Al-Qur’an berisi sanggahan penuh dan lengkap atas setiap keraguan yang diisyaratkan oleh setiap zaman yang berganti dalam kondisi-kondisi dunia yang selalu berubah, dan jawaban atas setiap kritik yang mungkin didasarkan pada pengetahuan baru dan penemuan-penemuan baru. Tidak ada kebenaran Ilahi telah dikemukakan atau pernah bisa dikemukakan oleh pengikut agama lain, entah dia seorang Brahma, Buddha atau Arya, atau oleh pengikut segala paham lain, yang belum terdapat dalam Al-Qur’an. Khazanah Al-Qur'an tidak habis-habis, dan sebagaimana keajaiban kitab alam tidak terbatas, dan setiap zaman yang berganti menemukan sifat-sifat segar dan khasiat-khasiat baru di alam, begitu pula dengan Firman Allah, sehingga tidak mungkin ada perbedaan antara pekerjaan Allah dan Firman-Nya.' (Izala'-e-Auham, h. 305-311)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar